Plaka sendiri beralamat di jalan Adrianous yang terbagi menjadi 2 area yaitu Ano Plaka dan Kato Plaka. Area Ano plaka ini lokasinya tepat berada di bawah batu situs bersejarah Acropolis, sementara Kato Plaka berada di area persimpaangan Syntagma dan Monastrisiki. Dan Plaka ini mulanya berkembang di area reruntuhan kuno Agora.
Ketika saya berjalan melewati Plaka, saya merasa seperti telah melewati lompatan waktu. Rasanya bagai tiba-tiba menemukan diri saya di sebuah era, dan disinilah saya dapat merasakan orang-orang Athena lokal mengisinya dengan bersosialisasi di pub atau resto yang disebut juga Taverna. Di tempat ini mereka bernyanyi, menari, dan minum anggur putih khas negara ini yang disebut Retsina. Alunan musik syahdu lagu yang terdengar eksotis mengalun di udara seperti melekat mengikuti setiap saya berjalan melewati toko-toko dan Taverna, sementara di bagian kanan kiri, saya diapit oleh bangunan arsitektur neoklasik.
Dan saat disinilah saya tiba-tiba teringat akan foto sebuah cafe yang pernah saya lihat di internet, alasan saya mencari cafe itu? karena itu adalah foto cafe dengan jalan yang menarik bagi saya saat mencari kata kunci cafe di Athena beberapa tahun lalu. Karena cafe itu hanya ada di image internet tanpa keterangan pasti apa namanya, sulit menemukan info lebih lanjut, hanya saja saya menemukan petunjuk dari image yang berkaitan bahwa cafe dimana jalan itu berada adalah di suatu area turis bernama Plaka. maka entahlah bagaimana harus menemukannya di area yang lumayan luas. Enggan bertanya, enggan mencari tahu, saya membiarkan langkah kaki saya berjalan tak tentu arah, toh masih ada beberapa hari disini, mungkin saya akan mulai mencari tahu nanti.
Malam menjelang udara terasa begitu dingin, rasanya cuaca berada di angka 11 derajat, sambil celingak-celinguk saya mencari tempat yang hangat, dalam kepala saya hanya terfokus masuk ke dalam salah satu restoran, karena mulai gelap, saya bisa dibilang tersesat berjalan menuju hostel, maka dari itu saya memilih resto yang keliatan lumayan cozy dari luar. Setelah saya masuk dan duduk, saya memandangi foto seorang wanita yang memenuhi hampir semua tembok. Tatapannya begitu syahdu, sekaligus misterius. "Cafe yang menarik" ujar saya dalam hati.
jangan pernah pergi jauh, meski hanya untuk sehari
karena, karena aku tak tahu bagaimana mengucapkannya:
sehari adalah waktu yang begitu lama
dan aku akan menunggumu di stasiun yang melompong ini
ketika kereta-kereta tak lagi singgah disini, tertidur
sejak itu, tetes-tetes kecil kesedihan akan berpacu bersama
asap yang mengembara mencari rumah terseret hanyut
dalam diriku, mencekik hatiku yang sekarat
barangkali kelopak matamu tidak pernah berdenyar
di bentang jarak yang hampa
jangan pernah tinggalkan aku sedetikpun sayang
karena jika terjadi, kau akan terlanjur begitu jauh
bertanya-tanya apakah kau akan kembali?
apakah kau akan meninggalkanku disini meregang mati?
Setelah menangis ringan oleh rindu, saya menggunakan energi terakhir malam itu untuk menemukan jalan pulang ke hostel, dan karena lelah saya langsung tertidur lelap.
***
Pagi itu rasanya malas beranjak dari tempat tidur, awal bulan Maret, di eropa timur ini udara masih terasa dingin. Saya memilih istirahat dengan selimutan sambil browsing, karena akan menulis catatan perjalanan, maka saya mencari tahu tentang cafe yang saya datangi tadi malam. Rupanya, potret wanita yang memenuhi tembok tadi malam itu adalah juga nama dari cafe tersebut, Melina.
Melina Mercouri, rupanya adalah seorang politisi, penyanyi dan actrees yang mempunyai banyak pemuja. Tak hanya cantik dan berprestasi, pandangan dan kepribadiannya menginspirasi orang-orang besar pada zaman nya, dari para politisi, dan selebritis lainnya. Bahkan vokalis band Queen, Freddie mercury menyebut nama sebutan/alias bagi dirinya, "Melina", foto besar Melina ini juga muncul di scene film Bohemian Rhapsody saat Fredie baru pindahan ke rumah baru.
Namun, justru yang membuat saya tersenyum adalah....ternyata....cafe melina itu adalah cafe yang ingin saya kunjungi di google image beberapa tahun kemarin,.....pantas saja saya tak mengenalinya dari luar karena foto di internet itu diambil saat musim semi, dan takdir mengantarkan saya untuk mengenal cafe seorang wanita legendaris yang pernah hidup dan berjaya pada masa lampau di negeri para dewa ini. Rupanya keinginan terpendam juga bisa mengantarkan pada jalan nya.