Selama disana setiap malam saya selalu mengunjungi Shisha cafe untuk menikmati makanan khas timur tengah dan menikmati jamuan Belly dance dan Hokah nya, Shisha cafe ini pertama saya coba di Legian Bali, karena rasa Shisa nya tidak kalah dengan Arab street di Singapore maka ketika menemukan cafe ini di Jakarta saya langsung bersemangat mencoba nya. Cafe ini begitu mencolok karena terdapat replika Shisa yang berukuran sangat besar di depan pintu masuk. Untuk Cafe Shisa sendiri di Jakarta ada empat yaitu Kebayoran Baru, Cilandak Town Square, diMenteng dan Kemang.
Nah lalu selama sering bulak-balik Jakarta, makan di food court Mall atau di resto-resto metropolis bergaya western rasanya sudah cukup bosan, akhirnya saya menemukan beberapa restoran khas Indonesia yang sangat unik, dan resto ini adalah grup dari Tugu yang juga mempunyai cabang di Malang, Blitar, Bali, Lombok.
Awalnya saya mendengar nama Tugu ini dari T.K katanya dia pernah menginap di hotel Tugu malang dan nampaknya dia terkesan dengan pengalaman bermalam di hotel ini. Setelah mencari tahu rupanya resto ini memang bagian dari Tugu hotel ini, melihat review dan serembet penghargaan yang digondol hotel dan restoran ini membuat saya semakin ngebet mengunjunginya.
Typical dari hotel dan resto grup Tugu ini rata-rata bertema sama, yaitu bangunan tua bergaya 1920an dicampur dengan tema campuran aura masa kolonial belanda dicampur dengan kesenian etnik Cina, Eropa, dan semi melayu. Sebenarnya dekorasi dari konsep tempat ini adalah percampuran dari budaya-budaya atau tepatnya saya sebut sebagai eclectic yang cantik. Tidak sulit menemukan restoran Tugu ini karena letaknya tak jauh dari Gambir, alamatnya di Teuku uamr no 1. Dari luar bangunan ini terlihat menjulang, dengan plang bertuliskan The Tugu Kunstkring Paleis.
Ketika membuka pintu-pintu besar yang mengapit tiang-tiang tinggi itu semerbak aroma bunga melati langsung tercium dimana-mana, aura yang menyejukan, ruangan yang cozy dengan kursi-kursi antik, cermin super besar nan mewah namun sekaligus tradisional. Tempat makan di resto ini tak hanya di area depan, di area tengahnya lebih formil dan bergaya abad pertengahan, bahkan yang memimpikan makan di meja panjang ala kerajaan disinilah tempatnya. Sebelah kanan merupakan ruangan pameran yang menjual kerajinan seni yang harganya sangat fantastis sementara di bagian belakang ruangannya lebih mirip restoran-restoran jawa yang formal, yang paling menarik adalah area Suzie wong lounge, ruangan nuansa Chinese dengan bar, lukisan-lukiusan dan seni Tionghoa yang kental serta model dari becak zaman dahulu yang dipajang ditengah ruangan. Di bagian belakang terdapat ruang pameran yang menawarkan barang-barang kerajinan mulai dari perhiasan sampai barang pajangan yang dibuat oleh designer kenamaan.
List resto berikutnya yang pernah saya datangi dan rekomendasikan adalah Cafe batavia yang teletak di Kota tua, Kawasan ini adalah bagian dari Batavia yang masih sangat kental, memasuki kawasan ini serasa sedang berada di salah satu kawasan Singapore atau Malaysia, karena penuh dengan bangunan tua bergaya portugis. Untuk emndatangi tempat ini ideal nya dari sore hari karena banyaknya penjual di lapangan kota tua ini, Penjual Shisa kaki lima juga sangat marak di kawasan ini.
No comments:
Post a Comment