Mie instan

Ibu saya mempunyai teman yang jarang sekali bepergian, beliau seorang guru dan setiap hari pulang dan pergi dijemput anak dan suami, jarang meninggalkan rumah apalagi sendirian, sepanjang hidupnya jarang pesiar dan yang ia ketahui nya bahwa dunia ini hanya sekitar yang ia lihat saja setiap hari, dan saat ibu saya bercerita pada beliau bahwa saya melakukan “backpacking with toddler ke Yunani” dia langsung berpikir kalo saya “wonder woman” .Sementara di belahan bumi lain, Martina seorang perempuan Eropa menganggap saya seorang turis biasa saja, seorang yang sedang pergi berllibur bersama anak. Dia adalah seorang backpacker yang sudah mengelilingi dunia selama bertahun-tahun dan telah melihat banyak hal, pengalaman travelingnya sangat banyak namun ia mengakui bahwa tak satupun dari perjalanannya itu, ia nikmati bersama seorang anak.
Saya sebenarnya tidak bisa menentukan apakah harus bersedih atau bergembira bagi kedua orang ini, untuk sebagian orang hidup dengan semua yang dia tahu seperti si ibu mungkin bisa lebih bersyukur dibanding dengen orang yang sering bepergian dan melihat banyak hal  seperti Martina sehingga jadi cenderungi kurang menghargai sesuatu yang sederhana, apalagi menghargai tempat yang biasa saja, karena toh di luar sana masih saja selalu ada tempat yang lebih indah, dan pola nya berlanjut tanpa henti, seperti sifat dasar manusia yang tidak pernah puas.   Mengacu pada kehidupan si ibu, untuk beberapa orang mungkin ogah hanya pergi berdua ratusan kilo meter dari rumah untuk bertandang ke rumah nya negeri para Dewa, seperti yang saya lakukan ini.
Saat itu saya dan Caty berada di Athena, memutuskan untuk melakukan ‘one day cruise menuju 3 pulau, Aegina, Phoros dan Hydra. Kita berdua sangat excited melihat ukuran kapal yang besar dan keadaan di dalam kapal cukup menyenangkan juga. Setelah kapal mulai berjalan 15 menit dari itu saya merasa mual, dan pusing, awalnya masih bisa saya tahan, karena saya masih sempat bisa menikmati pulau pertama Hydra yang sangat cantik, di pulau ini kita memutuskan untuk menaiki kedelai mengelilingi gang2 dengan rumah2 putih dengen pintu biru.
Screenshot_20180923-224200_Instagram-01
Trip ke dua menju Phoros sempat pusing juga, namun saya memaksakan makan buffet masakan fusion mediterania yang sudah disediakan, dengan musik dan hiruk pikuk orang saya merasa semakin buruk. karena sangat mual saya harus bulak balik ke toilet. Dan di pulau ke dua ini kita banyak menghabiskan waktu di kedai ice cream saja sambil berjalan-jalan ringan.
Screenshot_20180923-224134_Instagram-01
Setelah mengunjungi pulau terakhir mabuk laut saya makin menjadi, yang saya bisa lakukan hanya membenamkan wajah di meja saja, sambil sesekali berlari ke toilet, dan Caty yang baru berumur 4 tahun sangat perhatian sesekali ia membelai saya dan sesekali ia bermain-main sendiri melihat-lihat etalase dagangan yang berisi kalung-kalung mutiara nan cantik. Lalu tak lama dari itu saya meminta Caty untuk tetap bermain di kursi sebelah, karena saya ingin memejamkan mata sebentar.
Ketika terbangun saya tidak melihat dia di ruangan, saya mencarinya ke ruang makan , ke toilet, bahkan bertanya pada penjaga etalase tadi, tapi dia hilang, saya tidak melihatnya, sempat panik karena diluar angin kencang sekali muncul pikiran yang  buruk, ingin menangis rasanya….. Beberapa menit kemudian sosok anak kecil dengan rambut berantakan karena angin, mendekat, dan senyumnya terlihat jail. untunglah dia selamat.
Setelah beberapa menit tertidur saya merasa baikan dan saya menawari Caty memesan makanan atau snack namun tak ada satupun di menu yang menarik perhatian, Caty menunjuk ke etalase makanan, ada mie instan malaysia, dan karena itu juga yang membuat saya mood maka saya memesan mie tersebut. Namun rupanya staff di cafe dengan chef spesialis kebingungan dengan cara memasak mie instan tersebut. Kita menunggu lebih dari setengah jam (pasti sebelumnya tidak pernah ada yng pesan hihi)
Screenshot_20180923-224048_Instagram-01
Dan akhirnya mie intsan kita datang juga. Kita berdua menyantap mie itu sambil tertawa-tawa kecil diatas laut Agean  sambil melihat matahari terbenam. Dan warna sunset yang kemerahan menyinari wajahnya yang ceria, seperti wajah malaikat kecil yang bandel. Martina memang sudah mengelilingi dunia dan melihat ribuan sunset di tempat yang indah, namun dia tidak akan pernah merasakan perasaan melihat sunset dengan  seorang anak seperti caty yang mulutnya penuh dengan bumbu kuah mie instan …… : )



Share:

No comments:

Post a Comment

Popular Posts

Blog Archive

Subscribe

Categories

Recent Posts