Begitu keluar pesawat saya mengikuti arah arrival atau kedatangan, tak perlu memikirkan bawaan bagasi karena sudah otomatis di tranfser ke penerbangan malam nanti. dan proses keluar imigrasi memerlukan waktu 20 menit untuk mengantri, kebetulan pemegang paspor Indonesia memiliki 30 hari bebas visa untuk masuk ke negara ini. Oya sebelum pintu keluar Imigrasi ada layanan meja Qatar Airways yang bisa kita kunjungi utuk mendapatkan tour gratis ataupun tour berbayar. Jadi hampir semua airport dan negara tujuan dengan airportnya sebagai Hub (airport singgah dan penghubung ke penerbangan berikutnya) sebenarnya memiliki free tour jika waktu layover lama, biasanya sih 6 jam amannya 8 jam minimal. Nah namun untuk tour gratis sayangnya waktunya tidak teralu lama, dan jika tidak book jauh hari ada kemungkinan penuh.
Waktu 16 jam sebenenarnya cukup bagi saya untuk mengunjungi tour Dessert nya Qatar hanya saja biaya yang dikeluarkan cukup lumayan dan saat itu saya memutuskan untuk jalan-jalan non tour saja. hanya bermodalkan paket internet yang saya beli di kiosk saya memutuskan untuk bertanya saja tanpa research, dan memilih beberapa spot untuk dikunjungi, lalu saya mendatangi meja informasi untuk menanyakan posisi hop on-hop off bus, setelah memberi tahu nomer bis nya saya berjalan ke bagian mesin pembelian tiket. Bentuk mesinnya persis seperti mesin untuk mengisi E-money, kita masukan uang kertas, pilih kartu yang sudah kita pilih sesuai dengan hargan nya dan lalu kartu akan keluar. Nah untuk beli tiket ini saya menarik uang kertas terlebih dahulu di ATM dan kebetulan pecahan terendah adalah 100 riyal kalo dirupiahkan kisaran 80 ribu lebih untuk 1lembarnya. Karena uang itu yang saya punya saya cuek saja masukan, dan voila kartu bis pp kota-airport seharga 10 riyal keluar. TAPI ternyata mesin tersebut tidak mengembalikan 90 riyal saya, setelah bertanya-tanya pada orang sekitar, mesin itu memang tidak memberikan kembalian, karena itulah uangnya harus pas, belum apa-apa langsung bete 😑. Akhirnya saya mencari-cari tahu barangkali ada orang yang bisa buka mesin hahaha. Sedikit berlari-lari dan tanya sana sini saya akhirnya menemukan petugas tiket. yang bersedia menukar tiket saya dengan konsekuensi 10 riyal kartu saya tadi hangus, dan saya akan diberikan kartu all day pass seharga 20 riyal okelah pa yang penting saya dapat kembalian 70 riyal. Ah pagi-pagi sudah sial haha 😆
Maka naiklah saya bis nomer 777 yang mengantarkan saya ke pusat kota, yang berujung ternyata bis ini justru mengantarkan saya ke spot-spot utama, dan si supirnya sangat-sangat helpful dia memberi tahu tempat-tempat menarik dan dimana posisi turun nya dan dia juga yang memeberi tahu dimana saya harus turun. Sampai dipusat kota setelah dipikir-pikir buat apa beli hp on off bus yang harganya mencapai 500 ribuan kurang, kalo dengan bis ini saya bisa tap kartu seharian kemana-mana. Di pusat kota saya sempet mengisi perut di sebuah mall dan berjalan-jalan melihat isi toko-toko.
Rupanya Doha cukup modern, dan orang-orangnya keliatan lumayan laid back tidak ada aura negeri muslim yang strict, dan orang-orangnya cukup friendly, sebagai seorang perempuan yang tidak berjilbab jalan-jalan sendirian di negeri ini tidak ada pandangan aneh, apalagi para pegawai kelas bawah dan menengah di jalan mereka tersenyum dan nice. Attittude saudagar kaya look yang saya rasakan yang kurang friendly, tapi status sosial seperti ini sih tak heran, di negera manapun, dengan apa yang mereka punya, tertangkap kesan bahwa mereka tidak harus tersenyum pada orang lain tanpa alasan jelas.
Setelah mengisi perut saya memutuskan menuju pasar saja, lalu menuju Museum of Ismaic art (MIA) dan setelah itu mengunjungi pantai atau kawasan The Pearl. agar mendapat suasana malam dengen kerlap -kerlip gedung pencakar langit, gumam saya. Namun ternyata souk atau pasar Waqif ini baru buka sore hari, siang hari hanya pemandangan pasar burung dan pasar hewan. sedikit kecewa akhirya menyebrang jalan menuju MIA yang jaraknya lumayan, untuk berjalan kaki.
Baru setengah jalan kaki sepertinya sudah mulai capek hehe, dan sepanjang Jalan menuju MIA ini suguhan pelabuhan dan kapal-kapal berjejer di tepi laut, dengan pemandangan gedung pencakar langit sangat impresif sekali, dan di dalam Museum ini bangunan nya sendiri merupakan hasil karya seni yang indah, banyak yang bisa dilihat dan dipelajari tentang sejarah seni muslim dari berbagai negara seperti China, India, Turki, Iran dan masih banyak lagi. Banyak sekali item yang bisa dilihat, mulai dari peralatan makan, karpet, baju jirah, senjata, bahkan kunci kabah ada disini. Serunya lagi semua itu bisi dinikati secara free. Di museum ini saya hanya menghabiskan 2 jam saja karena saya tidak menggunaan audio guide, dan saya hanya menghabiskan waktu melihat pajangan-pajangan yang menarik saja untuk saya, sekalian sesekali duduk karena kaki mulai terasa nyut-nyutan .
Setelah puas berfoto mengambil objek menarik saya berusaha mencari pemberhentian bis yang ternyata sangat jauh sekali karena kaki sudah mulai terasa capek saya memutuskan duduk-duduk saja diatas rumput sambil memandangi pelabuhan dan kota, taman-taman kota nya tersusun rapi, bersih, tak ada sampah dan taman nya asik untuk dipakai bersantai. Nah karena tak kunjung menemukan halte berikutnya akhirnya saya memutuskan menggunakan taksi saja menuju kawasan elite The Pearl, setelah cari tahu kisaran harga lewat website yang rupanya ga horribly expensive kalo mepet hehe 😄 Dan taxi yang saya naiki namanya Karwa mereka menggunakan argo dan applikasi taxi ini bisa di download jika diperlukan.
Untuk menuju The Pearl ini bis yang dinaiki adalah nomer 777 tadi sebenernya, namun karena jarak halte berikutnya tadi sangat jauh berkilo-kilo meter akhirnya menyerah 😅😅 Jadi pengendara di sini itu setirnya di sebelah kiri, dan tadipun untuk menyebrang sebenernya bingung karena mobil yang datang dari arah berbeda 😂.
Nah rupaya si The pearl ini adalah kawasan pulau artificial atau buatan dan menuju kesini kita harus melewati jembatan yang lumayan panjang. Begitu masuk kawasan ini pinggir kanan jalan terlihat sangat elite dan berkelas. Dengan membayar tarif sekitar 120 ribu saya diturunkan di tengah pusat pertokoan The pearl yang disebut Medina Centrale. semuanya serba modern, tertata, megah dan tipe bangunan nya menurut saya eclectic perpaduan dari beberapa style arsitektur di beberapa negeri eropa. Saya mulai berjalan-jalan melihat pertokoannya, tampak beberapa mobil mewah lalu lalang di jalan ini, delaer mobil nya pun saya lihat menjual mobil dan motor berkelas seperti Maserati,
Porshe, Ferarri, Ducati dll.
Kawasaan the Pearl ini asik untuk dipakai jalan-jalan selain resto-restonya menarik, pelabuhannya pun menawan hati. Tipe-tipe rumah dengan kawasan yang beraneka ragam memiliki pemandangan indah di sekitarnya, jalan-jalan dan menghayal saja di sekitar sini sudah cukup menyenangkan apalagi saat memandang sunset di pelabuhan yang disebut Porto Arabia ini. tempatnya oke untuk foto-foto dan hangout.
Nah karena sudah jam 6 sore saya memutuskan berangkat menuju Waqif souk sekaligus menyantap makan malam dan mencoba Seesha di pasar yang terkenal dipenuhi kuliner malam ini. Perjalanan kesana cukup macet dan memakan waktu lebih lama sampai akhirnya tiba di lokasi, namun selagi macet saya jadi punya waktu memandang kerlap-kerlip lampu yang sangat lively di kota ini . Doha pada malam hari sangat bersinar.
Pasar adalah salah satu agenda pertama ketika mengunjungi suatu negara, dan untuk negara-negara yang mayoritasnya islam saya selalu excited melihat yang mereka jual, karena pasaranya selalu identik dengan pedagang lampu-lampu khas timur tengah,
rempah-rempah, penganan yang unik dan pakaian serta kain yang berwarna-warni. Nah waqif souk ini begitu ramai pada malam hari. Tak hanya turis banyak sekali orang-orang lokal datang kesini untuk berbelanja dan makan malam. Jajanan street foodnya juga lumayan ada beberapa dan menurut saya semua itu selalu terlihat menarik.
Karena lapar saya memutuskan untuk menyantap menu masakan Mesir bonusnya lagi mereka menyajikan Seesha. Dengan ditemani 2 ekor kucing saya menyantap makan malam dan menikmati sajian Seesha yang setelahnya alih-alih membuat lambung saya merasa tidak nyaman, karena mual dan mungkin menghirup kebanyakan asap saya jadi merasa tidak enak badan. Padahal masih ingin berjalan namun rasanya badan sudah tidak sanggup karena masalah gas yang tiba-tiba naik ke tenggorokan. Padahal masih ada 2 jam lagi sampai jadwal menuju Airport namun akhirnya saya menyerah.
Di meja Qatar airways saya diberi kursi roda dan didorong melewati antrian imigrasi yang sangat-sangat panjang mungkin kalo saya harus berdiri dan mengantri 40 menit baru selesai. semua serba cepat dan kilat sebelumnya mereka menawarkan dokter namun saya bilang belum perlu mungkin obatnya belum bekerja, setelah itu juga dalam 15 menit saya sudah diantar ke dekat gate dan diberi akses ke kantor staff untuk minum air hangat, kaki saya yang nyut-nyutan akhirnya bisa berisitirahat dengan batuan kursi roda dan mobil buggy, padahal kalo harus berjalan letak gate nya lumayan jauh, dan 1 jam setelah itu gas di lambung pun dengan bantuan obat pun perlahan-lahan menurun, setelah melihat jam take off masih 3 jam 😅 thank you Qatar airways 👍👍👍
No comments:
Post a Comment