Dibandingkan traveler lain saya lumayan telat mengunjungi Bromo, meski saya suka dengan alam pegunungan namun hiking bukan hobi saya, pernah saya mencari tahu bagaimana cara menuju puncak Everest tanpa hiking, rupanya jawaban nya yaitu tour naik pesawat dengan harga yang sangat fantastis, akhirnya hanya bisa menikmati lewat gambar saja hehe. Dibandingkan gunung terkenal lain Bromo sangat '
cetek' karena sudah ada akses tangga, menuju ke kaki gunungnya pun bisa memakai kuda, namun karena saya tidak menggunakan akses kuda setidaknya saya akan menghitung moment ini sebagai pendakian gunung yang namanya lumayan terkenal diseluruh indonesia. :D
Perjalanan ke Bromo saya mulai dari Surabaya, 4 dewasa dan 2 anak, saya dan adik saya terkadang melakukan tour bersama seperti ini, selain seru, juga agar anak ada teman bermain. Nah karena bawa anak-anak perjalanan yang harusnya backpacker budget dengan angkutan umum kita lebih memilih patungan menyewa mobil dari bandara, disana kita dikenakan tarif 650 one way termasuk driver dan bbm, kita diantarkan langsung menuju desa terdekat dari Bromo yaitu Cemoro lawang. Lama perjalanan memakan waktu kurang lebih 3 jam dari bandara, dan meuju kesana kita melewati wisata lumpur Lapindo di Sidoarjo, sisa nya melewati jalan yang tidak terlalu lebar melewati perkampungan namun jalannya sudah bagus.
Setelah 3 jam perjalanan dari Surabaya, saat menuju kawasan wisata bromo ini sampai puncak masih sekitar 15 km perjalanan, udara mulai terasa sejuk, dan mobil yang membawa kita terus menunjuk naik menuju ketinggian 2200 meter dari permukaan laut, semakin atas pemandangannya semakin spektakuler, jalannya sangat kecil dan berkelok-kelok, terkadang kita melihat kabut tebal dan awan yang nampak mudah untuk dicapai dari sini. seperti hamparan karpet di kiri kanan jalan, membuat orang betah berlama-lama memandangnya, belum apa-apa saya sudah jatuh cinta dengan tempat tinggal suku tengger ini.

Sesampai di desa Cemoro lawang ini saya melihat typical homestay nya semua nampak tua dan kurang terawat, akhirnya pilihan jatuh pada homestay yogi sebelah cemara indah hotel, rumahnya yang kelihatan bangunan baru ini terlihat lebih baik dibanding homestay lainnya, dengan 3 kamar tidur, ruang tamu, plus air hangat, jangan kaget jika homestay di desa ini lebih mahal daripada homestay di desa sebelumnya karena dari sini kita bisa melihat pemandangan sunset bromo yang cantik. Untuk rumah keluarga ini harganya adalah 750 ribu dan kita akhirnya patungan lagi bersama. Setelah istirahat kita menuju hotel sebelah yang mempunyai akses pagar untuk melihat bromo, gunung batok dan hamparan pasir nan luas, dan sisa hari itu kita menikmati sunset dengan beberapa mangkok bakso dan tukang dagang yang giat menjajakan syal, sarung tangan, kaos kaki dan oleh-oleh bromo. Oh alam indonesia begitu indahnya.
Bromo malam itu sangat dingin, adik saya menggunakan 2 selimut tebal plus kaos kaki, jaket dan kupluk, beruntung kita mempunyai air hangat sehingga dinginnya air di toilet tidak menusuk kulit ini. intinya malam itu kita kurang tidur dan harus bangun Jam 8 pagi karena dijemput oleh driver jeep yang akan membawa kita ke 3 tempat hari itu. Kita sengaja tidak mengikuti tour sunrise karena alasan terlalu pagi untuk anak-anak, dan membaca betapa crowdednya penanjakan saat sunrise, maka kita men skip menyaksikan pemandangan fenomenal tersebut. Oya tarif Jeep nya adalah 450 ribu dan tiket masuk ke kawasan national bromo ini dikenakan tarif 35 ribu per orang.
Tujuan pertama adalah Padang Savana alias bukit teletubbies, area hamparan rumput hijau dengan ilalang liar serta bunga warna-warni di kawasan ini serasa sedang berada di negeri orang. Yang membuat sempurna adalah tebing-tebing yang mengungkung seluruh kawasan ini, kita bagai berada di dalam mangkok dengan pemandangan yang spektakuler, di tempat ini rupanya banyak dipakai sebagai tempat shooting film dan foto pre wedding.

Rupanya pagi itu tidak sedingin di Cemoro lawang, sinar matahari malah terasa hangat sekali disana. Begitu driver menurunkan kita dikawasan padang yang di penuhi bukit kecil saya baru ngeh kenapa tempat ini disebut sebagai bukit Teletubbies, ketika melihat tempat ini langsung mengingatkan saya pada
Shire tempat para Hobbit tinggal. Kita berfoto-foto sambil berpiknik snack disana. Ingin rasanya berada terus disana.
Dibandingkan dengan Padang savana yang hijau dan subur, Pasir berbisik adalah hamparan pasir hitam nan indah dengan batu-batu alam yang dulunya pernah dipakai shooting film Dian satro ini, namun begitu lokasi ini sangat populer dan menarik untuk spot foto. Nah tak lama dari situ kita baru mengunjungi gunung Bromo. Jeep sengaja diparkir jauh dari kaki gunung untuk memberikan para tukang kuda mendapatkan keuntungan untuk mengantarkan orang-orang atau anak yang staminanya kurang oke sampai menuju tangga menuju Bromo. Tarif pp menuju kaki kawah gunung per kuda adalah 125 ribu. Sementara anak-anak menggunakan kuda kita yang masih sehat walafiat semua berjalan kaki.

Di kaki gunung bromo ini ada kuil bagi penganut agama Hindu, tak heran karena suku Tengger ini adalah penganut Hindu Mahayana. Katanya Pada abad ke-16, para pemuja Brahma di Tengger kedatangan pelarian dari orang Hindu Parsi (parsi berasal dari kata Persia, yaitu “wilayah di sekitar negara Iran”). Akhirnya, orang-orang Tengger yang semula beragama Brahma beralih ke agama Parsi, yaitu agama Hindu Parsi. Perpindahan agama orang Tengger dari agama Brahma ke Hindu Parsi ternyata tidak serta merta menghilangkan seluruh kepercayaan awal mereka. Orang Tengger masih tetap melakukan ajaran Buddha. Bahkan kebiasaan ini pada akhirnya dianut juga oleh penganut Hindu Parsi, sementara ada tiga prinsip ajaran Hindu masyarakat Tengger antara lain pemujaan kepada Tuhan, pemujaan kepada Leluhur dan pemujaan kepada alam semesta.
Masyarakat Tengger mempercayai Sang Hyang Agung, roh para leluhur, hukum karma, reinkarnasi, dan moksa. Kepercayaan masyarakat Tengger terhadap roh diwujudkan sebagai
danyang (makhluk halus penunggu desa) yang di puja di sebuah
punden.
Punden biasanya terletak di bawah pohon besar atau dibawah batu besar. Roh leluhur pendiri desa mendapatkan pemujaan yang lebih besar di sanggar pemujaan. Setahun sekali masyarakat suku tengger mengadakan upacara pemujaan roh leluhur di kawah Gunung Bromo yang disebut dengan upacara Kasada.
Rupanya dari pelataran parkir menuju ke kaki gunung tidak berasa hanya saja ketika mulai mendaki kaki kawah gunung menguras energi juga dan semakin atas buat saya yang jarang berolahraga semakin berat saja. Belum lagi dari bawah kaki kawah menuju puncak kawah yang menaiki ratusan tangga, namun tidak sebarapa karena kita bisa beristirahat setiap mencapai beberapa anak tangga. Begitu sampai atas melihat kedalam kawah sempat merinding karena kawahnya yang besar, langsung gemetaran meraih sesuatu karena insting takut jatuh, hehe, kawah bromo ini cukup menakutkan dan fobia berada di temapt tinggi langsung menyerang, namun pada saat itu rupanya beberapa orang mengalami WOW moment saat berada di puncak itu.



Overall.... taman nasional ini sangat lah spektakuler, ini adalah salah satu tempat di dunia ini yang saya bisa bilang woooow, Guys!!!! you must visit bromo national park !!!