Karena punya hobi melakukan aktivitas snorkeling saya mulai mencari tahu akan keindahan Taman Nasional Kepulauan Wakatobi yang kabarnya merupakan taman laut terbesar kedua setelah Taman Nasional laut Teluk Cendrawasih di Papua. Di kepulauan ini, banyak orang mengagumi pesona Karang Kaledupa yang merupakan karang terluas dan terpanjang di Indonesia, tak heran karena letaknya berada di kawasan Segitiga Terumbu Karang Dunia.
Menurut informasi kepulauan Wakatobi memiliki 25 gugusan terumbu karang. Terumbu karang tersebar di antara 37 pulau yang ada. Di kepulauan ini, baru enam pulau saja yang dihuni. Sementara hanya 11 pulau yang memiliki nama. Sisanya, 31 pulau masih tak bernama dan belum dikelola. Kajian ekologi yang dilakukan The Nature Conservancy (TNC) dan World Wide Fund for Nature (WWF) pada tahun 2003 menemukan 396 jenis karang batu penyusun terumbu karang. Di kawasan itu, sebanyak 590 jenis ikan ditemukan berkembang biak. Wakatobi layak mengklaim sebagai surga nyata bawah laut di jantung segitiga terumbu karang dunia yang meliputi enam negara, yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Niugini, Pulau Solomon, dan Timor Leste. Taman Nasional Wakatobi memiliki 750 jenis terumbu karang dari 850 jenis terumbu karang di dunia. Dari tiga pusat penyelaman kelas dunia, Wakatobi lebih unggul, kabarnya Karibia hanya memiliki 50 jenis terumbu karang, sedangkan Laut Merah (Mesir) punya 300 jenis terumbu karang, amazing bukan?
Sayangnya transportasi dari jawa masih terbilang mahal dan tidak mudah, dan walaubagaimanapun harus berganti pesawat baling-baling dari Baubau jika akan menuju kesana, walau begitu ada alternatif kapal laut yang memakan waktu 9-10 jam yang buat saya kurang efisien. Tak hanya transportasi udara, akses dari pulau ke pulau saya bilang masih poor. Akomodasi yang ada sejauh ini diperuntukan untuk perputaran pengambilan barang dan pangan saja, bukan untuk turis, tak heran kapal kayu yang tempat duduknya kurang nyaman dan kotor ini kurang ideal untuk perjalanan laut yang memakan watu 2-3 jam antar pulau nya. Harapan saya sih kedepan nya pengadaan kapal feri cepat bagi turis yang ingin meng-explore area ini, seperti contohnya feri-feri di area Phuket- Thailand, selain bisa meng-explore banyak area juga memperkenalkan kecantikan negerinya pada seluruh turis yang datang dari penjuru dunia. Dengan banyaknya kapal feri yang mengangkut dari satu pulau ke pulau lain orang juga otomatis akan membutuhkan Guide. Ini tentunya bisa memberikan pekerjaan bagi guide-guide baru yang sudah hapal area Wakatobi di luar kepala. Selain itu pastinya pulau-pulau lain cantik bisa di jadikan pemasukan wisata, dipelihara dan dimaksimalkan penggunaannya.
Pengalaman saya menuju wakatobi sendiri jadi memakan waktu lama, karena saya memilih tipe penerbangan yang santai, saya sampai harus berganti pesawat beberapa kali, namun bagusnya saya jadi sempat menengok beberapa pantai di bau-bau yang lumayan cantik, hanya saja karena tidak dipelihara di pantai yang disebut-sebut sebagai nirwana contohnya jadi terkesan kumuh karena rumah-rumah dan warung penduduk di sepanjang pantainya, pengalaman dari pantai ke lautnya sendiri sih keren, hanya jika melihat spot sebaliknya sangat disayangkan. Selain wisata pantai nya, yang menurut daya tarik bagi saya yang adalah benteng keraton Buton yang merupakan salah satu objek wisata bersejarah di Sulawei tenggara ini. Benteng peninggalan Kesultanan Buton tersebut dibangun pada abad ke-16 oleh Sultan Buton III bernama La Sangaji yang bergelar Sultan Kaimuddin (1591-1596). Pada awalnya, benteng tersebut hanya dibangun dalam bentuk tumpukan batu yang disusun mengelilingi komplek istana dengan tujuan untuk mambuat pagar pembatas antara komplek istana dengan perkampungan masyarakat sekaligus sebagai benteng pertahanan. Hebatnya Benteng yang merupakan bekas ibukota kesultanan Buton ini memiliki bentuk arsitek yang cukup unik, terbuat dari batu kapur/gunung. Benteng yang berbentuk lingkaran ini dengan panjang keliling 2.740 meter. Benteng Keraton Buton mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) dan Guiness Book Record yang dikeluarkan bulan september 2006 sebagai benteng terluas di dunia dengan luas sekitar 23,375 hektar.
(pantai nirwana)
Di wangi-wangi sendiri begitu tiba dari bandara, untuk sampai ke pusat kota yang berjarak sekitar 100 km, semua harus menggunakan jasa sewa mobil plus supir yang biasa dipatok 80 ribu satu mobil, enaknya semakin banyak orang semakin berkurang biayanya karena bisa patungan, dan jalan menuju pusat kota ini yang sangat saya suka, dipinggir kanan kiri jalan terbentang padang-padang kecil nan cantik, disepanjang pantai yang masih asri ini. Sementara dari pusat kota nya menuju pantai sebaiknya menyewa motor yang harganya kisaran 50-75 per 8jam-10 jam, untuk mobil kisaran 250-350 tergantung tipe kendaraannya. Untuk mendapatkan cash di kota inilah tempatnya, tidak terlalu banyak opsi ATM, namun yang jelas ada ATM bersama, dan ATM berlogo visa, mastercard.
Pantai yang bisa dikunjungi disini dari kota bila berkendaraan menuju pantai terdekat yaitu Waha memakan waktu 20 menit, sementara resort milik bupati wangi-wangi yang paling Posh bernama patuna resort berjarak 35 menit dari kota, lucunya menuju kawasan resort ini tidak ada semacam tulisan dan sebagainya, tempatnya berada di kiri jalan, petunjuknya hanya gerbang besar yang jarang ada di sepanjang area ini. Di resort ini juga kita bisa memesan minuman atau snack sambil leyeh-leyeh dengan pemandangan pantai yang cantik.
Oleh karena karena keterbatasan waktu dan biaya pula saya tidak sempat meng-explore seluruh Wakatobi. Saya hanya mampir sejauh Hoga, itupun sudah parno berhubung pergi pada musim air laut sehingga kapal cepat yang menghubungkan Wanci dan Kaledupa sempat terombang ambing dengan dahsyat dan tidak itu saja, kapal sempat turun naik melawan ombak yang bergejolak saat itu, kabarnya itu tidak seberapa pada musim tertentu air laut sempat masuk memenuhi dalam kapal. Maka perjananan ke Tomia nya sendiri akhirnya saya tunda. Selain masalah biaya dan waktu. untuk mengunjungi tempat-tempat ini bepergian saaat musim air laut memerlukan nyali besar dan kesabaran karena waktu jarak tempuh yang tidak sebentar.
Maka karena kondisi diatas, saya sarankan pergilah pada musim dimana air laut sudah tenang, sayangnya menurut bapak yang saya temui disana, Tak hanya di Bandung, musim panas dan hujan nampaknya sudah tidak menentu, seharusnya awal Juni laut sudah lumayan tenang, namun masih berpotensi cuaca buruk dan hujan, karena itu pula ketika awal saya tiba di Baubau dari bandara Hasanudin Makassar pendaratan terpaksa ditunda karena jarak pandang pilot hanya 1 m (seharusnya minimal 5 m) maka pesawat terpaksa kembali ke Makassar. Sehingga total perjalanan saya yang harusnya memakan waktu 1 jam menjadi 3 jam, dikarenakan cuaca buruk.
Anyway, perjalanan saya berikutnya mengunjungi Pulau Hoga berkesan serba campur aduk, antara kagum dengan terumbu karang yang fantastis juga sport jantung setiap melihat biawak yang berkeliaran dan banyaknya tokek-tokek di kamar panggung tempat saya menginap, mungkin karena saya bukan penggemar reptil. Di pulau ini setahu saya hanya ada 2 penginapan yang satu milik orang Belanda dan yang satu lagi yang sekaligus merupakan tempat peneliti-peneliti yang datang dari luar negeri ini (Wallacea) dikelola oleh Pak Jupri. Disana serba harus direncanakan selain harus contact dulu agar serba disediakan baik kebutuhan air dan makanannya, listrik hanya menyala dari jam 18-24 malam, kadang pagi-pagi jam 7-8 dinyalakan lagi, namun hanya beberapa jam saja kadang juga tidak. Air bersih hanya disediakan 1 galon setengah per orangnya.
Untuk mencapai karang cantik sendiri saya harus berjalan sekitar 300m dari bibir pantai yang menurut saya lumayan sulit karena harus berjalan tersendat dalam air yang dipenuhi rumput laut, sebenarnya ada jembatan panjang yang mengarah ke lautan, namun sayang tidak ada tangga untuk turun. Awalnya saya agak kecewa karena terumbu karang di jarak 200 meter hanya beberapa karang kecil yang nampak mati dan kurang berwarna seperti yang saya temui di Gili trawangan namun rupanya mencapai 300 meter dari pantai inilah saya baru menemukan kumpulan terumbu karang yang sebenarnya. Sayangnya karena karang cantiknya berada jauh dari 3 meter kebawah, warna-warninya kurang kentara, namun masih keliatan luar biasa tentunya. Tidak seperti di area Gelang ‘Karimun Jawa’ saya sempat mabuk mengagumi warna-warni berbagai terumbu karang dan ikan warna warni dari jarak 3-5 m dari permukaan air laut. Baru kali ini juga saya ber-snokeling di laut dalam tanpa baju pengaman. Saya sampai takut melihat jurang berwarna biru menganga di bawah kaki saya, untungnya semua bisa terbayar dengan melihat indahnya terumbu karang yang luar biasa banyaknya.
Ketika saya hendak bertolak, Bapa2 yang juga kebetulan menginap disana baru menyebutkan bahwa ada area dibelakang pulau yang saya harus lihat karena lebih bagus dari yang di depan katanya. “yah Bapak bukan bilang dari kemarin-kemarin’ ujar saya kecewa. Yup untuk area Hoga saja, pulau yang kecil ini nampaknya memerlukan minimal 3 hari untuk bisa meng-explore. Belum lagi ke area Tomia dan spot ‘mari mabuk ‘ seperti yang orang-orang bilang. Jadi saya sarankan harus punya waktu 2 minggu kalo ingin meng-explore Wakatobi keseluruhan. Kabarnya di area Wangi-wangi juga terumbu karangnya bagus untuk di explore, namun saya memang lagi sial, waktu saya mau coba snorkeling di sana, tiba-tiba air lautnya surut dan pastinya tidak ideal untuk ber-snokeling.
Ps : Sekedar tips tambahan yang akan sangat berguna bagi yang tertarik ke pulau Hoga : Bawalah selalu senter dan obat nyamuk bakar
Oya di surga ini tepatnya di Tomia ada resort para diver dengan kelas internasional yang harganya selangit, resort ini juga bisa dijadikan liburan keluarga atau misal honey moon, tempatnya sangat private, kapal lokal dilarang mendekat dari radius beberapa ratus meter, dan kabarnya berada di area yang sangat cantik dan tidak jauh dari lokasi terumbu yang fantastis sehingga bisa bersnokeling dan diving kapan saja. Resort yang ber tarif dollar ini juga memiliki fasilitas nanny bagi keluarga yang membutuhkan sehingga saat ayah dan ibu pergi diving dengan tenang. Tak heran jika resort ini menyediakan fasilitas persinggahan kapal pesiar mewah dan pesawat private langsung dari bali, hehehe ada yang tartarik? untuk lebih jelasnya silakan cek disini :
http://www.wakatobi.com/resort.html
No comments:
Post a Comment