• MATA FATIMAH

    Siang menjelang sore itu saya tiba di Santorini . Airport yang kecil di pulau kecil ini hiruk pikuk dengan turis yang datang ke tempat tersebut, dengan referensi teman mobil sewaan mobil kecil yang harganya kurang dari 50 euro perhari itu sudah terpakir manis di luar. Seorang pria meminta saya untuk mengisi formulir dan menandatangani beberapa berkas, dan menunjukan beberapa detail kecil, lalu setelah mengetes keliling bandara beberapa putaran untuk membiasakan setir kiri, maka.......

  • TULUM

    Mendengar Mexico sendiri mind set saya langsung teringat film telenovela, dan karena pemain film nya cakep-cakep dan ganteng-ganteng saya makin ngebet ingin mengunjungi tempat ini. Namun tentu saja Mexico bukan tentang pria bertopi sombrero dan makanan nya yang terkenal di mancanegra, namun juga kaya akan reruntuhan bangsa Maya, yang untuk saya adalah Jackpot, bagaimana tidak pergi ke salah satu pantai yang dekat terindah di laut Karibia dengan reruntuhan bangsa Maya, asik nya! Nah Jika kamu berkunjung ke Mexico dan kebetulan menyukai wisata alam seperti pantai dan sekaligus pecinta reruntuhan Tulum adalah jawabannya, tempat ini merupakan kombinasi dari pantai, zona arkeologi, dan sekaligus kota....

  • NUSA LEMBONGAN

    Sudah sering kali ke Bali namun baru kali ini kesampaian mengunjungi Pulau Nusa lembongan dan Nusa cenigan, yang terletak di sebelah tenggara pulau Bali, pulau ini sering disebut-sebut juga sebagai Gili island nya Bali. Awalnya trip ini tidak direncanakan sama sekali, namun muncul tiba-tiba selagi iseng melihat-lihat harga tiket, 3 hari sesudah lebaran tiketnya ternyata lumayan murah, maka spontan saja beli tiket, dan perjalanan kali ini saya mengajak anak dan ibu saya untuk berlibur......

  • JURNAL DI PHUKET

    Jalan-jalan ke pantai adalah favorit saya, karena terbiasa dimanjakan oleh pantai dengan pasir putih, kemilau air yang jernih, pohon kelapa yang daunnya melambai sepoi-sepoi tertiup angin dan langit yang berwarna biru cerah, saya jadi sangat picky untuk tidak pergi ke pantai yang terlalu crowded dan kotor. Menikmati pantai selagi liburan adalah hal penting untuk saya, karena itu juga saya selalu pilih-pilih tempat yang tidak terlalu turisti dan tidak terlalu banyak dikunjungi orang, alasannya selain tidak bisa bersantai, pantai yang dikunjungi banyak orang akan mengundang para pedagang asongan untuk selalu mengusik ketenangan, dan menurut pengalaman semakin banyak orang maka semakin banyak sampah yang terlihat di pantai......

  • Happy Budha

    Hampir di setiap kota besar selalu ada area penginapan untuk para backpacker atau budget traveler, dan saat saya mengunjungi Jogja setahun kemarin saya memutuskan untuk menginap di area yang dikenal dengan istilah kampung bule ini, nama jalanya dikenal dengan Jalan Prawirotaman. Jalan ini sebenarnya ada 3, yaitu Prawirotaman 1, 2 dan 3 namun yang paling digandrungi adalah yang pertama. Meskipun pada zaman dahulu area tempai ini adalah pusat penghasil batik cap dari keturunan Prawirotaman dan selain itu area ini adalah daerah markas prajurit Prawirotaman dan laskar pasukan hantu maut saat zaman perjuangan kemerdekaan.

Trip to Angkor wat


Setelah menempuh perjalanan hampir 20 jam karena bis antar negara plus jeda waktu istirahat membuat penantian saya dari Ho chi min ke Siam reap ini menyita waktu yang membuat sangat letih. Begitu sampai di terminal Siam reap yang sepi itu saya jadi agak khawatir, tidak seperti semua terminal yang pernah saya kunjungi ternyata terminal ini jam 9 malam sudah sepi, hanya tinggal segelintir saja kendaraan disana itupun nampaknya kendaraan yang sudah tidak menarik penumpang, sementara beberapa ratus meter menuju ke terminal ini pun saya tidak melihat banyaknya tanda-tanda kehidupan, setelah bertanya pada supir Bus ternyata saya harus mencari sisa tuk-tuk yang masih mangkal disana untuk menuju area utama di kawasan old market.  ketika kendaraan akan menepi saya melihat kertas karton yang dibentangkan dengan beberapa nama didalamnya, rupanya nama-nama yang ditulis di kertas karton tadi salah satunya adalalah nama 5 orang turis asal perancis yang duduk di sebelah saya selama perjalanan.

‘yeah that us, ujar mereka senang’

‘did someone will pick you up as well?’ ujar salah satu dari mereka?

‘No’ ujar saya lesu

‘why dont you join us? We can look for the room together!’

‘i’d love to but i already book my own room’

‘too bad’

Saat itu bis menepi dan sedikit berputar arah, begitu mengantri turun tiba-tiba saya melihat seseorang yang datang mendekati bus setengah berlari membentangkan karton dengan tulisan nama saya, antara senang karena dapat jemputan, saya jadi ragu, darimana mereka tahu nama saya. Melihat semua tuk-tuk yang ada disana sudah terisi penuh maka saya pun dengan ragu mendekati tukang tuk-tuk yang tersisa itu. Pertanyaan saya terjawab sudah tanpa saya bertanya, pastinya travel agent itu lah yang memberikan informasi penumpang pada beberapa tukang tuk-tuk ini.

‘Are u miss angelick, i will take you to your hotel’ ujar tukang tuk-tuk itu sambil menyilakan saya naik

Karena lelah yang menyerang  dan tidak melihat alternatif kendaraan lain tanpa berpikir apa-apa, saya ikut saja dia, dan beberapa tuk-tuk pun satu persatu meninggalkan terminal yang sudah benar-benar kosong itu, tak lupa turis-turis perancis itu melambaikan tanda perpisahan pada saya.  Sementara di perjalanan yang lumayan jauh itu tiba-tiba rasa takut mulai menyerang. ‘wah jangan-jangan saya mau diculik’

Namun nampaknya dia berhasil merubah pendapat saya, saat memulai percakapan dari cara bicaranya dia nampaknya memang mengambil keuntungan dari meminta info penumpang dan menawarkan jasa pada turis-turis asing, karena itu juga dia bisa lumayan berbahasa inggris, namun nampaknya tidak ada niatan untuk menculik para turis hehe.  Percakapan berlanjut, dia menawarkan hotel yang katanya murah tapi oke, sudah pasti hotel itu yang menawarkan komisi padanya. Ketika tahu saya sudah reservasi kamar di hotel lain dia terlihat kecewa, namun karena saya menyetujui bahwa saya minta diantar besok pagi melihat Angkor wat maka senyum di wajahnya mengembang kembali. Tiba di hostel yang dimaksud saya langsung  check in dan langsung geleng-geleng kelapa ketika tahu hanya saya satu-satunya perempuan dalam  kamar dengan 3 ranjang bertingkat itu. Dan saya mendapatkan ranjang atas, sial!

Setelah mandi dan makan malam malam dia area terdekat,  saya memutuskan kembali ke kamar dan langsung tidur saja, namun saat itu saya gelisah, tempat baru, suasana baru, dengan orang-orang yang baru lagi, namun sebenarnya yang paling adalah janji saya untuk barangkat jam 4.30 pagi dengan supir tuk-tuk, yang saya pikir akan sangat tidak mungkin karena capek yang menyerang, sambil mencoba memejamkan mata, setengah tertidur dan pikiran yang menerawang tak tentu arah akhirnya pada satu waktu saya membuka mata dan melirik jam yang sudah menunjukan jam 4, entah dapat semangat darimana, tiba-tiba spontan saya memutuskan untuk bangun saja dan menemui supir tuk-tuk yang sudah menunggu di luar. Dan berangkatlah kita menuju kerajaan Angkor.

Zaman sudah berubah, era teknologi dan digital sekarang membuat orang nampaknya lebih puas melihat segala sesuatu dari balik lensa. Baik itu melihat konser musik sampai melihat pergantian sunrise dan sunset orang lebih senang mengabadikan momen wow itu dengan melihat dari lensa kamera dibanding dengan mata telanjang langsung. Seperti semua orang tahu,  hasil foto, video tidak akan pernah sama sensasinya dengan kita melihat langsung saat itu juga, dan tentu saja selalu ada kepuasaan tersendiri.

Pernah seorang teman membuat lelucon tentang apa pentingnya orang traveling kesana-sini jika pada akhirnya misal berpetualang ke hutan Amazon yang jauh bisa kita nikmati di rumah sambil duduk depan tv berukuran besar, duduk di sofa empuk bertemankan sebotol soft drink dan kudapan, stereo system dengan efek suara yang mendukung dan kacamata 3d serta kipas angin akan membuat kita merasa seperti di hutan belantara yang liar.  Clever thought, tapi bukan itu kan intinya traveling? Saya bicara tentang ini karena berdasar pengalaman saya saat sunrise di Angkor wat, ketika pertama datang kesana saat masih gelap gulita, waktu itu saya tidak bisa melihat berapa banyak orang yang datang ke situs bersejarah ini, bahkan saya sempat mengikuti pemandu jalan rombongan lain yang membawa senter, namun begitu matahari mulai menampakan dirinya dengan malu-malu  mulai menerangi hari, saat melihat kebelakang betapa terbelalak nya saya melihat ribuan orang yang datang ke tempat ini mulai dari pagi-pagi buta untuk mengabadikan momen sunrise ini. Akhirnya matahari semakin tinggi dan mulai menerangi candi yang gelap itu dengan perlahan, saya langsung menutup mata karena silau dengan kilauan cahaya dari ribuan orang yang membidikan kamera nya ke arah datang nya sinar yang mulai menerangi candi Angkor wat.

SONY DSC

Saya beri tips, bagi yang akan berkunjung ke Angkor wat dan melakukan tour sunrise menurut saya pribadi memang oke, tapi menikmati sunrise disana tidak se spektakuler sunset, mungkin karena atmosfer dan warnanya lebih menarik dan hangat dibandingkan dengan sunris terlebih lagi jika malamnya kurang tidur dan pagi-pagi buta jam 5 subuh, sudah harus tiba dilokasi hehe.

SONY DSC

Kembali ke cerita. Saya baru tahu kalo supir tuk-tuk saya itu posesif, ketika selesai mengantar seharian melihat-lihat Angkor wat, ketika dia menanyakan tujuan besok yang belum saya rencanakan dan belum saya susun, dia memborbardir saya terus-menerus akan rencana yang saya belum pikirkan karena sangat kelelahan, dan sebal nya ketika saya menjawab belum tahu, dia malah balik bertanya kenapa tidak tahu?  I mean, saya sudah memberi dia tambahan rezeki dengan memilih dia mengantar seharian, plus bonus tambahan yang tadi malam saya beri karena mengantar ke hostel malam-malam, perlu diingat pergi sendirian artinya otomatis juga saya bayar tuk-tuk full price, tidak seperti rombongan beberapa orang dalam satu tuk-tuk yang bisa saling patungan. Namun saya tetap berusaha sopan dan tidak jadi kasar, sumpah saya sangat kesal saat itu , ‘hak saya dong mau jalan kesana kesini pakai tuk-tuk yang saya mau’,  namun saya masih bisa menahan diri dengan berkata sopan

‘Nampaknya tidak kemana-mana’  dan air mukanya berubah kecewa.

Keesokannya saat saya memutuskan rencana spontan kembali ke Angkor wat pada siang hari dengan meminta bantuan tuk-tuk langganan hotel. Di lokasi, saya dipergoki tukang tuk-tuk kemarin yang mengantar saya, awalnya saya tidak mengenalinya karena wajah orang sana nampak mirip-mirip apalagi hampir seharian dia membelakangi saya karena menyetir di depan, jadi wajahnya ingat-ingat lupa. Namun akhirnya saya ngeh juga kalo itu si mas tuk-tuk yang kemarin. Setelah mengucapkan halo dengan nada santai namun agak pedas dia bilang

‘you said you will stay at hotel yesterday and wont come back here again’.  See, ini orang cari untung sampai seposesif begitu sama pelanggan.

‘yes i suddenly changed my mind this morning’ ujar saya sambil ngeloyor pergi sambil melambai menjauh, sementara dia memandang saya dengan tatapan setengah sedih namun setengah kesal.

SONY DSC

Jika saya perhatikan diantara semua candi di komplek angkor ini yang menjadi favorit saya adalah candi Bayon, Bangunan candi ini sungguh unik karena memiliki ukiran seribu wajah tersenyum. Sebagian menyatakan wajah itu merupakan representasi dari wajah raja Suryavarman II, sang pendiri. Namun ada juga berpendapat katanya wajah-wajah yang beraneka ragam  itu adalah wajah sang Budha, semantara jika saya perhatikan wajah-wajah yang terukir pada menara-menara tersebut menghadap ke arah keempat penjuru mata angin.

Tempat wisata memang paling terkenal dengan para pencari uang, contoh lainnya adalah trik hadiah, jika sewaktu ada seorang gadis kecil bertanya padamu darimana kamu berasal  jika tidak mau membeli apapun tipsnya jangan menoleh atau menjawabnya, meski terkesan rude tapi itu satu-satunya jalan untuk menghindari tipe penjual seperti ini, kenapa?

karena dia akan bertanya seperti ini padamu :

hello, miss where do you come from?

indonesia

ooh, i love indonesia its such a beautiful country, i have friends who work there

really?

yes, and my friend say indonesian people are handsome and beautiful, just like you miss

oh thank you

by the way do you want to buy my bracelet?

no thank you

please miss... its good quality but the price is very cheap

no sorry

wait miss,.... i will give you one for free
why?

because i like you, its my gift for you

dan lalu........ sikap orang kebanyakan adalah merasa tidak enak  dengan hadiah itu dan akhirnya membeli beberapa gelang dari gadis ini meski banyak yang kurang menyukainya. You see what i mean?

cerita saya sendiri berbeda, dibanding gelang saya lebih melirik postcard yang dia jual, setelah memilih dan menyuruh dia bulak-balik mencari gamabr yang saya suka,  dia menagih harga 1 dollar, mata saya membelalak untuk 12 postcard ini saya harus bayar 10 ribu satunya? no saya tidak mau! terlalu mahal ujar saya gusar

tapi miss...  saya sudah bulak balik berlari-lari kesana-sini demi mencari gambar yang kau sukai!

dan air matanya mulai berlinang

sorry tapi terlalu mahal ujar saya pergi

miss!!! 1 dollar itu bukan satu tapi 12!!!!!

ujarnya berteriak sambil menangis

ooohhh....

saya cepat menghampirinya dan meminta maaf, maka saya menyerahkan 1 dollar itu ke dalam kepalan tangannya yang sibuk menyeka air matanya

maaf ya... saya kira harga satuannya

ujar saya menjelaskan

sambil bersungut diapun pergi

karena merasa bersalah, saya mengamati punggungnya yang menjauh selama beberapa menit, namun rupanya dia bisa melupakan kejadian itu dengan cepat karena ketika melihat turis lain yang berdatangan dengan sigap dia mendatangi mereka, dasar penjual !


bersambung

Share:

Popular Posts

Blog Archive

Categories

Recent Posts